Khamis, 25 Februari 2010

Sukar Nak Beribadat?



(Artikel dalam Bahasa Indonesia)

Apakah kita pernah mengalami malas beribadah? Terasa berat untuk tilawah atau tidak merasakan kenikmatan ketika membaca Al Qur’an atau sholat? Atau mungkin merasa susah untuk bangun malam untuk qiyamulail?

Padahal jam loceng bertik-tok, sudah di off, alarm hp juga sudah di off tapi ketika berdering tetap terlelap dalam tidurnya, tidak kedengeran akhirnya mati-mati sendiri atau bangun dengan setengah sadar matikan loceng trus tidur lagi. Padahal biasanya dengan mudah bisa bangun. So.. Apa yang terjadi dengan diri kita?

Atau mungkin kita pernah merasakan mulut ini terasa berat ketika melantunkan ayat-ayat Al Qur’an atau mengucapkan salam kepada saudara kita. Atau mungkin kita pernah mengalami kekok, ngomong tak lancar, tersangkut sangkut fikiran jadi ‘blank’ ketika kita presentasi, ngajar atau ngisi halaqah/pengajian meskipun sebelumnya sudah mempersiapkan materi. Ada apa dengan kita?

Jika hal-hal seperti itu terjadi pada diri kita, maka segeralah kita evaluasi diri. Ada apa dengan diri kita? Keadaan seperti ini jangan dibiarkan begitu saja, lama-kelamaan akhirnya terbiasa. Seperti halnya penyakit, kalau sudah ada gejala segera periksa ke doktor dan minum ubat biar tidak ‘kasep’ dan segera sembuh. Begitu pula dengan ruhiyah kita, kalau sudah ada gejala osteoporosis ruhiyah seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya (lihat arsip) maka segera kita mutabaah diri kita, bagaimana hubungan kita dengan Allah dan apa yang sudah kita lakukan?

Jangan-jangan kita banyak maksiat yang kita kerjakan hingga menghalangi amalan-amalan kita. Mungkin kita tidak bisa menjaga dari hal-hal yang makruh bahkan diharamkan oleh Allah sehingga menghalangi organ tubuh kita untuk beribadah kepada-Nya. Misalnya, kita menggunakan mata untuk nonton sinetron meski cuma satu atau dua jam, tunggu saja nanti kemungkinan besar malamnya kita akan susah bangun untuk qiyamulail. Mata kita akan susah untuk bangun, kalaupun bangun kita sholat dengan mata yang ngantuk. Atau mungkin kita ga bisa bangun malam karena siangnya mata kita ga bisa gadhul bashar. Karena kita tak menjaga mata kita dari hal-hal yang tidak berguna bahkan mengandung maksiat, akhirnya Allah pun tidak menjaga mata kita untuk beribadah padaNya.

Selain mata, telinga juga perlu kita jaga. Bisa jadi kita susah bangun malam karena kita tidak menjaga telinga kita. Telinga kita gunakan untuk mendengarkan gosip atau muzik-muzik jahiliya bahkan kadang bisa terngiang-ngiang dalam memori kita karena seharian yang didengar muzik-muzik itu. Akhirnya malamnya telinga kita tidak kedengeran dering jam loceng atau alarm hp bahkan suara adzan, Na’udzubillah.

Selain itu mulut tak kalah pentingnya untuk dijaga. Karena mulut itu pula yang banyak menjerumuskan manusia terutama wanita ke dalam neraka, Na’udzubillah. Karena mulut bisa menjadi sarana gibah, fitnah, caci-maki, dsb. Bisa jadi tidak lancarnya kita waktu persentasi, ngajar atau ngisi halaqah adalah karena mulut ini telah bermaksiat sebelumnya. Padahal jika ruhiyah kita fit maka kita bisa dengan mudah ngomong, kadang mengalir begitu saja apa yang kita sampaikan bisa dengan mudah memberikan contoh-contoh dan penjelasan yang sebelumnya belum terpikirkan oleh kita, tiba-tiba aja ‘cling’ muncul di otak kita, itu semua karena ilmu dari Allah.


Selanjutnya adalah hati. Ini adalah bahagian terpenting yang perlu kita jaga. Hati ibaratnya pemimpin bagi organ tubuh yang lain, yang menjadi komando. Hati bisa sakit, buta bahkan mati jika semakin banyak berbuat maksiat. Hati ibarat cermin, semakin banyak bermaksiat maka semakin banyak noda titik-titik hitam di cermin itu. Atau bahkan mungkin tidak lagi titik-titik hitam tapi sudah jelaga hitam yang susah dibersihkan dan tidak bisa dipakai untuk bercermin lagi karena sudah bukam. Begitu pula dengan diri kita, semakin banyak kita berbuat maksiat dan tidak bertaubat maka kita semakin terbiasa dengan kemaksiatan itu.

Salah satu yang menyebabkan kematian hati adalah banyak bergurau. Bolehlah kita bergurau untuk mencairkan suasana atau menciptakan suasana ukhuwah. Tapi tetap memperhatikan adab-adabnya, perhatikan dengan siapa juga dan tidak berlebihan, apalagi ikhwan-akhwat, hati-hati!

Mari kita tengok diri kita, evaluasi diri kita, jika selama ini kita belum menjaga mata, mulut, telinga, hati dan organ tubuh kita yang lain dari kemaksiatan maka segeralah kita berbenah diri, tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Seharusnya kita merasa sayang kalau tidak bisa qiyamulail meski hanya terlewat semalam. Merasa sayang pula jika tidak bisa merasakan nikmatnya beribadah. Jika masih merasa sayang, maka jagalah diri kita, dan Insya Allah Allah akan menjaga kita agar senantiasa bisa dekat dengan-Nya.

Sabtu, 13 Februari 2010

Bulan Ini Bulan Cinta




Bulan Februari, bulan yang dinanti-nantikan oleh pasangan kekasih. Apa yang istimewanya dengan bulan ini? Tak lain tak bukan, setiap 14 Februari mereka meraikan Hari Kekasih yang juga dikenali sebagai Valentine's Day.

Membuta tuli barangkali, meraikan dengan penuh keghairahan tanpa mengetahui sejarah dan kisah sebenar Hari Valentino diraikan. Islam mengajar kita mencegah kemungkaran dengan tangan, jika tidak mampu cegahlah dengan perkataan dan jika masih juga tidak berkeupayaan, cegahlah dengan hati. Doa. Benci kepada kemaksiatan. Benci kepada kemungkaran. Jangan sekali-kali menyokong atau mengiyakannya! Andai kita meraikan Valentines' Day, bukankah ini bermakna kita menyokong tindakan Valentino pada satu masa dahulu?? Istighfarlah.. istighfar.. minta keampunan dari Allah.


Setiap Hari adalah Hari Kekasih


Kenapa mesti tunggu 14 Februari? Bukankah tidak sempurna iman seseorang seandainya dia tidak mengasihi saudara seagamanya? Bukankah agama kita agama yang penuh kasih sayang? Apa salahnya kita berkasih sayang setiap hari? Berkasih dan bersayang pada orang yang sepatutnya dengan cara yang bersesuaian. Tidak melanggar syarak, tidak melampaui batas.

Kasih kepada ibu bapa, kepada keluarga, sahabat dan jiran tetangga. Kasih kepada fakir miskin dan anak yatim. Kasih kepada mereka yang berhak.

Malangnya. Bukan perkara baru, sebagai meminta bukti kasih dan sayang dari si gadis, si teruna memujuk rayu, "Kalau betul sayangkan saya, buktikan!". "Kalau sungguh cintakan saya, tidurlah dengan saya!". "Kalau betul percaya dengan cinta saya, serahkan benda yang paling berharga itu, saya akan jaga kamu sampai bila2!"

Justeru, sebagai lambang cinta si gadis pula, dengan penuh kasih sayang, sanggup serahkan diri, korbankan mahkota diri. Bertepuk soraklah syaitan laknatullah, sepasang anak cucu Nabi Adam tumbang dalam kancah kemaksiatan. Astagfirullahalazim..

Inikah makna cinta? Inikah makna kasih dan sayang? Adakah ini yang diajar oleh agama kita?
Bila yang halal dan yang haram dicampuradukkan, manusia kian keliru. Mudah goyah dan cepat tewas dengan pujuk rayu. Siapa yang harus dipersalahkan?

Jangan menunding jari, muhasabah diri kita. Katakan TIDAK pada Hari Valentine. Tak perlulah kita menghambakan diri, membuta tuli menjadikan Barat sebagai kiblat kita. Jangan biarkan budaya kuning berleluasa dan berkuasa dalam diri kita. Usah gadaikan maruah, prinsip dan harga diri demi mengejar makna cinta yang salah. Keseronokan yang sementara, sengsara menanti di hadapan.

Bercintalah, berkasih sayanglah tapi ingat syurga Allah hanya bagi mereka yang beriman kepada-Nya, patuhi suruhan-Nya, jauhi larangan-Nya. Hidup di dunia cuma sementara, akhirat itulah yang kekal abadi.

Jumaat, 12 Februari 2010

Al-Quran dan Kehidupan







Sebelum turunnya Al-Quran, manusia(khususnya di benua Arab) secara amnya hidup di dalam kepelbagaian ragam kepercayaan, kebudayaan dan etika. Dan kemudian Al-Quran diturunkan dengan membawa rahmat perubahan. Antaranya ialah:-

1. Bidang Akidah: melalui penyataan yang di bawa oleh Al-Quran tentang tuhan itu Esa dan Tunggal, maka kepercayaan bertuhan banyak (politheisme) menjadi gugur (tidak diakui oleh islam). Sebab tidak ada tuhan selain Allah SWT, dan Dialah Yang Maha Pencipta alam semesta ini. Kepercayaan seperti ini dinamakan tauhid.

2. Bidang Ibadah: Al-Quran datang dengan petunjuk bahawa yang berhak untuk disembah hanyalah Allah SWT. Dia yang Tunggal, pencipta manusia dan alam semesta. Al-Quran dengan petunjuk yang demikian, melarang keras beribadah depada patung, berhala, matahari, bulan atau selain Allah SWT. Sebab, tidak ada sekutu baginya.

3. Bidang Akhlak: Al-Quran memberi petunjuk dan garis pemisah tentang kriteria antara akhlak yang baik dan terpuji dengan akhlak yang buruk dan tercela. Masalah-masalah pembunuhan, perzinaan, perjudian, pencurian dan merampas harta orang lain, tidaklah masuk dalam wawasan akhlak. Justeru masalah-masalah tersebut termasuk ke dalam tindakan jenayah dan pembuatnya wajib dijatuhkan hukuman.

4. Bidang Siyasah(Politik): Al-Quran dan sunnah Rasul(Al-Hadith) tidak mengakui kedaulatan umat atau penguasa. Kedaulatan menurut kedua sumber tersebut dan sumber lain yang diakui muslim adalah milik Allah dan Rasulnya. Hanya 'kekuasaan pemerintahan' sajalah yang dimiliki umat. Dan didalam Islam tidak diakui (tidak ada) 'Sistem Kerajaan' atau Aristokrasi. Pemerintahan Islam adalah 'Negara Kesatuan', bukan 'Negara Bahagian'. Inilah salah satu contoh yang pernah terjadi dahulu semasa kekhilafahan masih berlaku, dan ia bukan sekadar perbandingan teoritis tetapi merupakan sebuah peraturan yang terbukti di dalam kenyataan kehidupan.

5. Bidang Ekonomi: Al-Quran dan Sunnah Rasul telah memberikan batasan pemilikan bagi individu, masyarakat dan negara. Telah ditentukan apa yang boleh dimiliki oleh individu dan apa yang tidak. Juga telah ditentukan tentang pemilikan sesuatu (benda) yang bersifat umum, tidak boleh dimiliki oleh per individu, seperti laut, sungai dan lain-lain. Peraturan yang terdapat pada Al-Quran dan Sunnah Rasul memberikan petunjuk pelaksanaan tentang jaminan pemenuhan keperluan asas setiap individu menurut kadar dan dalam keadaan seadil-adilnya. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "...jika kamu pegang dua ini maka kamu tidak akan sesat, iaitu Al-Quran dan Sunnahku..."

Kenapa Perlu Berselawat?



Allah swt telah berfirman:"Sesungguhnya Allah swt beserta para malaikatNya sentiasa berselawat untuk Nabi Muhammad saw.Hai orang-orang yang beriman, bacalah selawat dan salam untuk Muhammad saw dengan bersungguh-sungguh."(Al-ahzab:56). Ayat tersebut memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya bersungguh-sungguh dalam menbaca selawat dan mendoakan keselamatan untuk Nabi Muhammad saw.Oleh kerana itu,orang-orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan rasulNya,haruslah mereka mentaati perintah tersebut dengan memperbanyakkan bacaan selawat dan salam untuk dipersembahkan kepada junjungan dan ikutan kita Nabi Muhammad saw.

Selawat dan salam yang dilimpahkan oleh Allah swt adalah berupa rahmat,kasih sayang dan pengampunan. Sedangkan selawat yang dipersembahkan oleh para malaikat dan orang yang beriman adalah berupa doa dan permohonan kepada Allah swt agar Dia berkenan melimpahkan selawat(rahmat) dan salam(keselamatan dan kesejahteraan) kepada Nabi Muhammad saw.Allah swt sentiasa berselawat kepada Muhammad saw,bererti Dia sentiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada beliau.

Melihat pertanyaan diatas,maka timbullah persoalan di dalam benak kita:"Mungkinkah Nabi Muhammad saw sebagai kekasih Allah masih memerlukan tambahan rahmat dan keselamatn dariNya?Benarkah beliau masih perlukan bingkisan doa dari umat beliau?" Sebagai umat Nabi Muhammad saw,kita haruslah yakin bahawa beliau adalah makhluk Allah swt yang menjadi kekasihNya(habibullah).Kita juga harus yakin bahawa Nabi Muhammad saw telah mendapat jaminan untuk masuk ke syurga.Nabi Muhammad saw juga telah mendapat rahmat dan keselamatan yang tidak terkira dari sisi Allah swt. Sehinggakan tanpa selawat dan doa dari kita pun tidak menjadi masalah buat beliau.

Sesungguhnya beliau tidak memerlukan selawat dan salam dari kita,sama sekali tidak memerlukannya! Lalu mengapa kita diperintahkan untuk membaca selawat dan salam untuk beliau? Itulah salah satu perintah Allah swt untuk membuktikan siapa sesungguhnya di antara kita yang benar-benar mentaati perintahNya.Juga untuk melihat sejauh mana kecintaan kita kepada RasulNya. Nabi Muhammad saw ada bersabda:"Barangsiapa yang mencintai sesuatu,nescaya dia banyak menyebut-nyebut yang dicintainya".(HR Dailami)

Hadis tersebut benar-benar terjadi dalam kehidupan ini.Seseorang yang mencintai sesuatu,nescaya sesuatu itu selalu diingati dan disebut-sebutkannya. Misalnya semasa kita mencintai seorang gadis,nescaya kita akan selalu mengingati gadis tersebut dan menyebut-nyebutnya. Begitu juga sebaliknya. Begitu juga apabila kita benar-benar mencintai Allah swt dan rasulNya nescaya kita akan selalu mengingati dan menyebut-nyebutnya.Oleh itu,salah satu cara yang di ajar Islam untuk meluahkan rasa cinta itu adalah dengan berselawat. Ketika kita membaca selawat, saat itu juga kita menyebut nama Allah dan RasulNya sekaligus.

Semakin tinggi kecintaan kita terhadap Allah dan RasulNya, nescaya makin banyaklah kita berselawat. Dan semakin banyak kita berselawat, maka makin tinggi darjat kita sebagai seorang muslim. Nabi Muhammad saw ada bersabda:"Sesungguhnya manusia yang paling utama disisiku pada hari kiamat kelak adalah yang paling banyak membaca selawat".(HR Nasai,Tirmizi dan Ibnu Hibban). Oleh yang demikian,perbanyakkanlah berselawat,disamping sebagai bukti cinta kita kepada Allah swt dan rasulNya,hakikatnya ia juga bagai mendoakan diri kita sendiri.Dengan demikian,semakin banyak kita berselawat bererti semakin kita mendapat rahmat yang melimpah ruah.

Jika dilihat dari secara zahirnya,memang pada saat itu kita memanjatkan doa agar Allah swt melimpahkan rahmat kepada Muhammad saw,tetapi pada hakikatnya kita sedang mendoakan rahmat dan keselamatan tersebut untuk diri sendiri. Bahkan limpahan rahmat dan selawat yang akan kita dapat itu lebih banyak dari rahmat dan salam yang kita persembahkan kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini disyariatkan oleh Nabi Muhammad saw sendiri dalam sabdanya: "Barangsiapa berselawat ke atasku satu kali,nescaya Allah swt akan melimpahkan rahmat keatasnya sepuluh kali ganda".(HR Muslim)

Begitu tingginya nilai bacaan selawat,sampaikan solat kita tidak sah tanpa disertai bacaan selawat.Kerana menbaca selawat termasuk dalam salah satu rukun solat,yakni harus dibaca ketika tahiyyat.Oleh yang demikian,setiap muslim wajib membaca selawat sekurang-kurangnya sembilan kali sehari semalam.Jika kurang dari itu bererti solatnya tidak sempurna. Akhir kata,semoga selawat dan salam tetap dilimpahkan ke atas junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarganya,para sahabat dan seluruh umatnya sehingga hari kiamat.Demikian jelaslah bahawa kenapa kita perlu berselawat.

Allahuma Amin ya Rabbal'Alamin!


Selasa, 9 Februari 2010

_HuKuM MeWaRnAkAn RaMbUt_

Sehubungan ini ada sebuah hadis berkaitan dengan penjagaan rambut yang diriwayat Abu Dawud daripada Abu Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda yang membawa maksud: Sesiapa yang menyimpan rambut hendaklah ia mengemaskannya. (Miskat, 2/491).
Mengemaskan rambut ertinya tidak membiarkannya kusut masai, tidak terurus, berterbangan apabila ditiup angin atau dibiar menjadi sarang tempat kutu membiak dan sebagainya.Sebaliknya, rambut hendaklah dibersihkan setiap hari, diikat dan disapu minyak, supaya kelihatan sentiasa berseri. Bagi wanita pula hendaklah didandan atau diikat kemas, diwarnakannya jika sudah beruban dan tidak lagi diminati suaminya, tetapi hendaknya tidak dipamer kepada lelaki bukan mahramnya.
Bagi wanita yang sudah lanjut usia dan tidak bersuami, tidak perlu lagi berbuat demikian, kerana tiada motif sebenar daripada pewarnaan rambutnya.Sebahagian ulama melarang perbuatan mewarnakan rambut secara mutlak, seolah-olah warna rambut tidak boleh diubah daripada warna asalnya, namun sejauh yang diperhatikan, dalil-dalil yang dikemukakan bagi pengharaman itu tidak lengkap, atau larangan itu hanya kepada lelaki sahaja, sedangkan wanita dikecualikan, atau larangan dikhaskan kepada wanita tua yang mewarnakan rambutnya, supaya kelihatan muda dan bergaya, lalu diminati lelaki yang tertipu dengan rambut kepala yang kononnya masih hitam.
Saya berpendapat, mewarnakan rambut hukumnya harus bagi wanita yang bersuami, jika tujuannya memperlihatkan kecantikan kepada suaminya sahaja, tetapi hendaklah tidak mempamerkannya kepada umum. Amalan ini boleh dimasukkan di bawah tuntutan penjagaan rambut, sebagaimana dalam hadis di atas.Selain itu menjaga keharmonian antara suami dan isteri sangat besar tuntutannya. Isteri tidak sia-sia, jika rambutnya yang putih itu tiba-tiba kelihatan hitam di hadapan suaminya.
Bagaimanapun, wanita lebih suka memperlihatkan kecantikan dirinya kepada orang lain, bukan kepada suaminya.Abd. Rahman ibn al-Jawzi (114-1201 M.) berpendapat, lelaki juga harus mewarnakan rambut ubannya dengan apa jua warna, termasuk hitam. Beliau menjawab hadis-hadis yang melarang mewarna rambut itu sebagai khusus kepada mereka yang bermotif untuk memelihara nafsu mudanya, sekalipun usianya sudah cukup tua, sehingga tiada tanda-tanda ingin insaf atau semangat kembali kepada cara hidup yang mengutamakan hari akhirat.
Sehubungan ini juga ada riwayat menyatakan, kaum Yahudi dan Nasara beranggapan mewarnakan rambut itu menjejaskan nilai-nilai agama dan ibadat seseorang manusia, justeru itu, kalangan agama dan paderi-paderi Yahudi dan Nasara tidak mewarnakan rambut mereka. Anggapan ini dikira suatu keterlaluan dalam agama yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.Baginda Rasulullah s.a.w. melarang umat Islam mencontohi Yahudi dan Nasara, sebaliknya mereka hendaklah menunjukkan cara hidup dan budaya yang berbeza dengan budaya mereka.
Dalam konteks ini baginda dalam sebuah hadis riwayat Bukhari daripada Abu Hurairah r.a. bersabda yang bermaksud: Kaum Yahudi dan Nasara tidak mewarnakan rambut mereka. Warnakan rambut kamu supaya tidak menyerupai mereka.Bagaimanapun, ulama sepakat berpendapat, mewarnakan rambut itu tidak wajib, ia hanya sunat sahaja. Sahabat-sahabat nabi yang arif tentang sunah seperti Ali ibn Abu Talib, Ubayy ibn Ka'b dan Anas ibn Malik tidak mewarnakan rambut mereka.Saya lebih cenderung kepada pandangan Ibn al-Jawzi yang dinyatakan di atas, iaitu setiap orang harus mengenali dirinya sendiri.
Jika mewarnakan rambut itu bertujuan memungkinkan dirinya bersama-sama orang muda dalam gelanggang maksiat dan memuja nafsu, pada hal usianya sudah tiba untuk kembali bertaubat dan sentiasa ke masjid, sebenarnya orang ini masih belum sedarkan diri. Uban pada hakikatnya adalah penanda bahawa usia sudah tua, perjalanan hidupnya mungkin lebih separuh usia telah berlalu.Soalan selanjutnya, apakah jenis-jenis warna yang dibenarkan? Adakah meliputi semua warna seperti hitam dan perang atau warna-warna tertentu sahaja. Ulama berpendapat, orang tua yang rambut kepala dan janggutnya sudah beruban putih, tidak wajar lagi memilih warna hitam, kerana warna ini hanya sesuai bagi orang muda. Jika berminat, pilihlah inai bagi mewarnakannya.Keharusan bagi orang tua, sesuai dengan sebuah hadis yang menyatakan, tetakala Abu Quhafah, iaitu bapa Abu Bakar al-Siddiq dibawa kepada nabi s.a.w. pada hari pembebasan Mekah, apabila baginda melihat rambut kepala dan janggutnya beruban putih, lalu bersabda: Warnakan rambut dan janggutnya, tetapi jangan pilih warna hitam. (Muslim: bilangan 2102).
Warna hitam dilarang, kerana Abu Quhafah adalah seorang tua yang tidak lagi sesuai dengan warna itu.Hadis ini menurut sesetengah ulama bermaksud, jika orang muda ditumbuhi uban pada kepala dan janggutnya, sedangkan ia masih pada usia yang biasanya belum lagi beruban, maka harus baginya mewarnakan rambut kepala dan janggutnya dengan apa jua warna termasuk hitam, lebih-lebih lagi jika jiwanya merasa keberatan menerima kenyataan bahawa ia beruban pada usia itu.Hukum ini samalah dengan seorang yang cacat anggota, ia sangat malu dengan kecacatannya, maka Islam mengharuskannya memperbaiki kecacatan itu, supaya hidupnya lebih tenteram, perasaannya lebih tenang, kerana Allah tidak memberati seseorang, kecuali setakat termampu olehnya.
Sehubungan ini Imam ibn Syiba al-Zuhri menyatakan: Kami berpendapat harus memilih warna hitam, jika kulit muka seseorang itu masih belum berkedut, giginya masih belum goyang, maksud beliau ialah waktu umurnya masih muda. Antara sahabat yang berpendapat harus memilih warna hitam ialah, Sa'd ibn Abu Waqqas, Uqbah ibn' Amir, al-Hasan dan al-Husain, Jarir dan lain-lain.Sebahagian ulama termasuk Imam Syafi'i berpendapat haram menghitamkan rambut uban, kecuali bagi tentera ketika perang. Tujuannya supaya musuh berasa takut dan keliru dengan usianya yang masih muda. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Zarr al-Ghifari r.a. katanya: Sabda nabi s.a.w. yang bermaksud: Sebaik-baik pewarna bagi warnakan uban kamu ialah inai dan katam. Katam ialah pewarna yang diambil daripada sejenis pokok (Tirmizi: 1753. Abu Dawud: 4205).
Hadis ini difahamkan warna inai hendaklah menjadi pilihan mereka yang ingin mewarnakan rambutnya.Melihat kenyataan yang ada dalam masyarakat Islam hari ini, kalangan muda mudi Islam ada yang mewarnakan rambut mereka dengan warna perang, kerana meniru atau terpengaruh dengan orang Barat yang perang warna rambutnya. Sebahagiannya pula mewarna-warnikan rambut, kerana mengamalkan budaya punk kononnya. Fenomena ini tidak wujud pada zaman awal Islam, terutama ketika orang Barat belum dianggap sebagai bangsa yang maju di dunia.Hukum Islam jelas dalam hal ini, iaitu melarang umatnya meniru dan menyerupai budaya dan cara hidup orang kafir. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: Sesiapa menyerupai sesuatu kaum, maka ia tergolong dalam kumpulan mereka.
Tidak syak lagi, meniru budaya asing secara membuta tuli, tanpa memikirkan faedahnya, adalah suatu amalan yang salah dan membuktikan pendewaannya kepada bangsa yang dicontohinya.Berbalik kepada soalan tentang bahan pewarna yang bertanda logo halal yang biasanya menunjukkan bahan itu bersih dan halal diguna. Saya kurang pasti sama ada pewarna itu untuk mewarna makanan dan minuman atau untuk mewarna rambut. Sepanjang pengetahuan saya, logo halal biasanya diletak pada makanan dan minuman sahaja.
Barang-barang lain seperti pakaian dan alat-alat solek tidak diletakkan tanda itu.Kita di sini berbincang soal halal haram bukan pada makanan, kerana makanan bergantung kepada sama ada suci atau najis sesuatu bahan yang hendak dimakan, sedangkan hukum mewarna rambut tidak kena-mengena dengan sama ada suci atau najis bahan itu, tetapi pada dalil, tujuan dan motif pewarnaan itu dilakukan.Untuk pengetahuan puan yang bertanya juga, hukum mewarna rambut ini tiada kena-mengena dengan hukum mandi hadas dan wuduk kerana hukum mandi hadas dan wuduk ialah wajib meratakan air pada anggota badan yang wajib dibasuh. Jika bahan yang diguna bagi mewarnakan rambut itu menghalang sampainya air kepada anggota yang dibasuh maka hendaklah dibuang terlebih dahulu bahan itu, terutama sebelum wuduk dan mandi hadas.Ini bermakna bukan semua pewarna menghalang sampai air, puan dengan mudah sahaja dapat membezakan antara pewarna yang menghalang dan tidak menghalang sampai air.
Bahan-bahan seperti kunyit tidak menghalang, tetapi bahan seperti cat dan cecair getah tentunya melekat dan menghalang. Seseorang yang ingin mandi hadas atau berwuduk, hendaklah mempastikan diri atau anggota wuduknya bersih daripada bahan-bahan seperti cat dan getah terlebih dahulu.

Isnin, 8 Februari 2010

Ujian Kesabaran Nabi Ayub


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini
Nabi Ayub as adalah seorang yang kaya-raya dan hidup harmoni bersama keluarganya. Pun begitu, sesuai dengan kedudukannya sebagai Nabi, Baginda tidak lupa diri. Lidah dan hatinya sentiasa berzikir dan bersyukur dengan nikmat Allah itu. Baginda juga terkenal dengan sifat sabar. Kerana itulah Iblis sangat dengki kepadanya, lalu memohon izin kepada Allah Taala untuk menguji kesabaran Nabi Ayub supaya sesat. "Engkau boleh datangkan musibah ke atas seluruh harta benda dan keluarganya, tetapi engkau tidak mampu mengenakannya ke atas tubuh badannya," tegas Allah swt.Iblis pun mengumpulkan kekuatannya. Segala jin dan syaitan dikerah menghadap Iblis. Iblis membahagi-bahagikan mereka kepada beberapa kumpulan. Masing-masing diberikan tugas khas. Misi mereka semua ialah memusnahkan segala-gala milik Nabi Ayub as. Selain harta benda yang musnah, anak-anak Nabi Ayub mati kesemuanya dikerjakan tentera Iblis. Kemudian Iblis datang menemui Nabi Ayub as dan berkata;"Wahai Ayub, lihatlah malapetaka yang Tuhan datangkan kepadamu. Anak-anakmu, harta bendamu kini musnah semuanya. Itulah tandanya Allah swt tidak terima amal ibadahmu selama ini.""Allahlah yang Maha Pemberi dan Dia jugalah yang berhak mengambilnya semula," jawab Nabi Ayub tenang. Marah sungguh Iblis mendengar kata-kata itu. Lalu dia kembali menghadap Allah."Ya Allah! Ayub telah hilang segala-galanya namun imannya tetap teguh. Izinkan aku untuk uji dia lagi, kali ini ke atas tubuh badannya. Biar dia tidak lagi menunaikan ibadah kepadaMu ," mohon Iblis kepada Allah swt."Engkau boleh sakiti tubuh badannya, tetapi tidak hatinya," tegas Allah swt.Sekali lagi Iblis dan konco-konconya mendatangkan musibah kepada Nabi Ayub as.Ditiupkan penyakit kepada Nabi Ayub. Menderitalah Nabi Ayub menanggung sakit dan dipulaukan orang ramai kerana takut berjangkit. Hanya isterinya yang masih setia di sisi. Biar habis tubuhnya diserang penyakit, namun hati Nabi Ayub as tidak henti-henti memuji dan bertasbih kepada Allah. Gagal menyesatkan Nabi Ayub, Iblis menggoda pula isteri Baginda. Sehinggakan isterinya berasa tidak tertanggung lagi dengan kehidupan itu. Dia menyuruh Nabi Ayub berdoa kepada Allah agar dipulihkan keadaan.

Dapatkan Mesej Bergambar di Sini
"Telah berapa lama kita nikmati hidup mewah pemberian Allah?" Tanya Nabi Ayub kepada isterinya.
"Tujuh puluh tahun," jawab isterinya. "Berapa lama pula kita menanggung penderitaan ini?" Tanya Nabi Ayub."Tujuh tahun," jawab isterinya lagi. "Aku malu untuk memohon kepada Allah supaya ditamatkan penderitaan ini jika dibandingkan dengan nikmat yang diberi-Nya selama ini. Marilah kita sama-sama bersabar menghadapinya," jelas Nabi Ayub. Iblis tewas dalam usahanya menghasut Nabi Ayub. Ternyata, kesabaran merupakan senjata paling ampuh untuk menundukkan Iblis laknatullah. Bertambah-tambah bencilah Iblis kepada Nabi Ayub.
Nukilan editor : Kesabaran seorang Nabi ini adalah satu contoh yang baik kepada kita dalam menghadapi kehidupan di dunia ini yang serba mencabar. Sesungguhnya setiap satu ujian yang diturunkan kepada kita datang daripada Allah swt untuk menguji keimanan. Dan ingatlah ayat 286, surah al-Baqarah, Allah swt itu Maha Adil. Semoga kehidupan di dunia ini menjadi pemangkin ke arah kehidupan yang abadi di akhirat. InsyaAllah.
Maksudnya : Allah swt tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...(sehingga ke akhir ayat) ~ Surah al-Baqarah ayat 286.
* Kisah ini dipetik daripada buku Syaitan Musuh Kita, Tak Kenal Maka Tak Benci karangan Haji Badrul Hisham dan Zakaria Sungip (mukasurat 26-27).
PERIHAL RASULULLAH S.A.W


~ Bahawasanya Rasulullah saw adalah manusia yang paling tampan wajahnya, paling bagus bentuk penciptaannya, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek.
(Muttafaq alaih)

~ Bahawasanya Rasulullah saw berkulit putih dan berwajah elok.
(Muslim)

~ Bahawasanya badan Rasulullah saw tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, dadanya bidang, janggutnya lebat, rambutnya sampai ke daun telinga, aku (sahabat) pernah melihatnya berpakaian merah dan aku tidak pernah melihat yang lebih indah daripadanya.
(Bukhari)

~ Bahawasanya wajah Rasulullah bulat bagaikan matahari dan bulan.
(Muslim)

~ Bahawasanya apabila Rasulullah saw gembira, wajahnya menjadi bercahaya seolah-olah seperti belaian bulan dan kami semua mengetahui yang demikian itu.
(Muttafaq alaih)

~ Bahawasanya tidaklah Rasulullah saw tertawa kecuali dengan senyum dan apabila kamu memandangnya maka kamu akan menyangka bahawa baginda memakai celak pada kedua matanya, padahal baginda tidak memakai celak.
(Tirmizi. Hasan)

~ Dari Aisyah ra, dia berkata "Tidak pernah aku melihat Rasulullah tertawa terbahak-bahak sehingga kelihatan batas kerongkongnya. Akan tetapi tertawa baginda adalah dengan tersenyum".
(Bukhari)

~ Dari Jabir bin Samurah ra, dia berkata: "Aku pernah melihat Rasulullah saw pada malam bulan purnama. Aku memandang baginda sambil memandang bulan. Baginda mengenakan pakaian merah. Maka menurutku, baginda lebih indah daripada bulan."
(Tirmizi, dia berkata: Hadis hasan gharib. Dan disahihkan oleh al-Hakim serta disetujui oleh az-Zahabi)


*Penulis memetik hadis dan dalil dari buku Mengenal Peribadi Rasulullah SAW karya Syeikh Muhammad Jamil Zainu)